Friday, January 15, 2016

Awal pernikahan dan kehamilan

Saya dan suami sempat menunda punya anak di awal pernikahan. Sebenarnya sih cuma untuk beberapa bulan saja agar bisa menikmati masa-masa berduaan atau pacaran ( alasan klasik :p ). Itu juga saran dari beberapa kerabat dan keluarga. Katanya klo sudah punya anak nanti sulit berduaan lah, ga punya waktu untuk saling memperhatikan lah, dan bla.. bla.. bla.. lainnya. Cara menundanya dengan perhitungan masa subur saja, tidak pake obat KB dari dokter atau alat KB lainnya.

Tapiiii… setelah 6 bulan menikah berasa juga ya pengennya. Secara kita merasa sudah cukup deh waktu berdua-duaannya dan klo ikut arisan keluarga atau sekedar mingle sama temen sering juga ditanya-tanya kapan punya anaknya. Malah sampai ada yang menyarankan minum ini itu karena dikira ada masalah kesuburan.

Mulailah saya dan suami mengusahakan punya anak dalam waktu dekat dengan rajin membaca dan memperaktekan panduan yang kami cari di majalah atau internet, serta makan dan minum vitamin penunjang kesuburan seperti vitamin E, asam folat dan lain sebagainya. Agak deg degan juga saya karena satu bulan berlalu cek dengan test pack belum hamil juga. Lalu mencoba lagi satu bulan berikutnya dan belum berhasil. Hingga sampailah saya dimasa khawatir dan sedikit putus asa. Sampai saya berfikir mungkin karena niat saya sebelum menikah ingin menunda itu sehingga Tuhan menghukum saya.

Ya saya tau, agak berlebihan memang pikiran saya itu. Karena proses menuju kehamilan itu membutuhkan waktu yg tidak sebentar dan perlu kesabaran. Dan tentunya ketika kita berkehendak belum tentu langsung Tuhan kabulkan. Akhirnya saya ikhtiar, tetap berpikiran positif, banyak sedekah dan banyak meminta ampun kepada Tuhan tentunya dan suami saya.

Hingga saat itu tiba. Tanda strip dua yang dinantikan. Hati bercampur aduk antara bingung, senang dan haru. Kenapa bingung? Karena Ibu mertua saya satu bulan sebelumnya memberitahukan bahwa kami sekeluarga akan ikut umroh dan religious tour. Dimana persyaratannya adalah satu bulan sebelum berangkat peserta harus diberi vaksin meningitis yang tentunya suntikan tersebut dilarang diberikan untuk ibu hamil dan alasan lainnya adalah sangat rentan untuk trimester pertama kehamilan melakukan perjalanan jauh *huaaaaa…

Karena tidak mungkin dibatalkan akhirnya kami tetap pergi ke tanah suci dan saya tentunya dalam keadaan hamil 8 minggu tanpa perlindungan vaksin meningitis. Yang tadinya niat ketanah suci untuk memohon agar cepat memiliki keturunan berganti agar Tuhan selalu menjaga kandungan saya.

Selama disana saya mengalami gejala-gejala kehamilan awal seperti mual, tidak nafsu makan (maunya makan indo**e & buah aja), mudah lelah dan kaki bengkak (sampai-sampai satu sepatu saya jebol ;D). Tapi untungnya kandungan saya tidak bermasalah, hanya kadang saya suka merasakan tegang di perut.

Dan alhamdulillah.. semua berjalan dengan baik dan tanpa halangan berarti sehingga saya dapat melakukan semua kegiatan ibadah di tanah suci :)


Banyak yang mau saya ceritakan tentang masa-masa kehamilan saya yang penuh warna dan seputar pengalaman saya di tanah suci beserta religious tour nya.

Tunggu cerita saya selanjutnya ya.. :)